Selasa, 10 Februari 2009

Bekal Warga Menipis Pemkab Suplai Nasi Bungkus

GRESIK | SURYA-Imbas jalur pelayaran Gresik-Bawean lumpuh mencapai klimaks. Sekitar 259 warga Bawean tertahan di Gresik. Mereka bertahan di sejumlah hotel melati dan penginapan murah sejak lebih dari 10 hari. Bekal pun menipis karena sehari harus mengeluarkan Rp 100.000.

Mereka menginap di penginapan dan hotel murah di sekitar Pelabuhan Gresik. Di antaranya di Hotel Batik, Hotel Bawean, Penginapan Pondok Haji Hasan, dan Penginapan Mitha Jaya. Rencana pulang ke Bawean tertahan akibat larangan berlayar bagi kapal di bawah 500 gross ton. “Saya sudah setengah bulan menginap di sini,” kata H Sudarudin, 47, warga Desa Tambak Kecamatan Tambak, Senin (9/2).

Bersama 50 warga Bawean lainnya, H Saharudin menginap di penginapan Pondok Haji Hasan, di kawasan Pelabuhan Gresik. Setiap hari, pria yang sehari-hari berbisnis ikan ini mengeluarkan Rp 100.000. Untuk membayar sewa penginapan Rp 25.000 semalam, dan lainnya untuk makan. “Kalau dalam dua hari ini kapal belum berangkat, bekal saya habis,” katanya.

Abdul Ghofur, Koordinator Ikatan Mahasiswa Pelajar Santri Bawean (IMPS) Cabang Malang mengatakan, sebagian besar warga tertahan lebih dari seminggu. Di antara mereka mengaku sudah kehabisan bekal. “Kami berharap pihak terkait tanggap menyikapi kondisi ini,” ujar Ghofur, mahasiswa Teknik Informatika UIN Malang.

Para mahasiswa asal Bawean ini juga mendesak Pemkab Gresik mengambil langkah darurat. Salah satunya mendesak pemkab meminjam kapal perang milik TNI AL. “Mestinya pemkab sudah mengantisipasi karena hampir tiap tahun terjadi,” tambah Ghofur.

Hj Dewi Hasan, pengelola Penginapan Pondok Haji Hasan, masih bisa memberi talangan biaya menginap jika ada warga Bawean yang kehabisan bekal. Namun soal makan-minum, Dewi mengaku tidak bisa memenuhinya.

Di antara ratusan warga yang tertahan di Gresik, ada dua ibu hamil tua. Salah satunya Ny Salamah, 28, dengan usia kehamilan hampir sembilan bulan. Warga Desa Labuh Kecamatan Tambak ini menginap di Mitha Jaya sejak 10 hari lalu. Fauziyah, 26, Warga Desa Candi Kecamatan Tambak, mengatakan, Ny Salamah tinggal bersama suaminya yang menjadi TKI di Malaysia. Seorang diri, Ny Salamah berencana melahirkan di desa asalnya. “Kasihan dia. Tidur terus di dalam kamar. Mungkin kebingungan karena kapal belum berangkat, “ kata Fauziyah.

Menyikapi kondisi ini, Pemkab Gresik memasok 260 bungkus nasi untuk warga Bawean yang tertahan di Gresik. Bantuan makanan itu diberikan berdasarkan data yang diajukan perwakilan warga dan mahasiswa Bawean. “Tiap warga dijatah nasi bungkus seharga Rp 6.000 diberikan sehari tiga kali,” kata Kabag Humas Pemkab Gresik Hari Syawaludin, Senin (9/2).

Soal desakan peminjaman kapal perang, Hari menyatakan, Pemkab Gresik melalui Kantor Bakesbang Linmas memang berencana meminjam kapal perang TNI AL. Surat permintaan bantuan dikirim, Senin (9/2). Sambil menunggu jawaban, pemkab berharap perairan Bawean segera membaik. “Informasinya, besok (hari ini, Red), KMP Dharma Kartika sudah bisa berangkat,” tegas mantan Camat Manyar ini.

Humas Administratur Pelabuhan (Adpel) Gresik, Pudiasto Nugroho, menyebut kemarin ketinggian ombak sepanjang jalur Gresik-Bawean 1,3-3 meter. Karena itu dia berharap cuaca berangsur membaik pada Selasa (10/2) hari ini. Jika cuaca bersahabat, dia mengizinkan KMP Dharma Kartika berangkat ke Bawean. st3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar