Jumat, 6 Februari 2009 17:35
Jakarta, NU Online
Sayed Yasir Khomeini, cucu pemimpin besar revolusi Islam Iran Ayatullah Khomeini, menemui ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi di kantor PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jum’at (6/2). Yasir dan rombongan diterima dengan hangat oleh Ketua Umum yang didampingi Rais Syuriah PBNU KH Saifudin Amsir dan Ketua PBNU KH Ahmad Bagja.
Yasir menyampaikan, dirinya telah banyak mendengar aktivitas NU. “Aktivitas NU begitu luas, yang sesuai ajaran Islam. NU telah mempererat persatuan Islam dan membela masyarakat tertindas Palestina,” katanya.
Dikatakan, NU dapat berperan lebih banyak dibandingkan dengan organisasi yang berhubungan dengan pemerintah. Diharapkan NU bisa terus meningkatkan peran di dunia Islam, terutama untuk menjaga persatuan umat Islam.
“Kita perlu melakukan apa saja untuk menegakkan agama Islam. Bahasa agama yang lebih penting adalah persatuan,” katanya.
Sebagaimana pandangan Nahdliyin (warga NU), Yaser Khomeini juga berpendapat, pada dasarnya sistem pemerintahan Islam tidak diperlukan. Hal terpenting adalah mewujudkan masyarakat yang Islami.
“Kalau masyarakatnya agamis, maka pemerintah akan menerapkan ajaran agama dengan baik. Kalau masyarakat sudah agamis, pemerintahan Islam tidak perlu,” katanya.
Ditambahkan Yaser, saat ini muncul tantangan baru bagi umat Islam. Selain dari kelompok komunis yang anti agama dan kelompok liberal, tantangan muncul dari kelompok Islam sendiri yakni mereka yang menyampaikan Islam namun tidak dibarengi dengan moralitas. “Mereka mengharuskan ibadah tapi tidak berhasil karena tidak dengan moralitas,” katanya
Hasyim menyampaikan, Ayatullah Khomeini tidak hanya menjadi panutan rakyat Iran tapi juga umat Islam di seluruh dunia.
“Kita di Indonesia sudah sering mendengar perjuangan Ayatullah Khomeini. Beliau orang besar dunia, tidak hanya menurut ukuran Iran. Beliau telah merubah sistem, bukan sekedar merebut kemerdekaan. Beliau berhasil merubah kerajaan menjadi republik,” kata Hasyim.
Senada dengan Yaser, menurut Hasyim, tantangan Islam juga muncul dari kelompok Islam yang menyampaikan dakwah dengan cara kekerasan. "Kalau liberalisme membahayakan dari sisi akidah, tapi kelompok keras membahayakan karena merusak citra Islam," katanya. (nam) / http://www.nu.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar