Sabtu, 14 Maret 2009

Pentingnya Menjaga Lingkungan


Sabtu, 14 Maret 2009

Pentingnya Menjaga Lingkungan

Jika ditelusuri, sebenarnya banjir di Gresik juga tak luput juga dari faktor kurang terjaganya aspek lingkungan, misalnya, terus meluasnya lahan kritis di daerah hulu Bengawan Solo.

Hal itu dikatakan Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Gresik, Agus Joko Waluyo.

Menurut dia, semakin meluasnya areal lahan kritis di hulu sungai yang berfungsi sebagai penyerap air, juga menyebabkan banjir bandang di daerah hilir.
�Perlu ada reboisasi, utamanya di sepanjang bantaran hulu Bengawan Solo sebagai penangkis banjir,� tutur dia.

Dari catatan yang ada, luas wilayah Kabupaten Gresik 117.478 ha terdapat lahan agak kritis 8.074 ha dan lahan potensial kritis 17.285 ha atau total 25.539 ha. Sementara itu, Gresik memiliki hutan produksi 1.012 ha, kebun rakyat 10.877 ha, hutan bakau 150 ha, hutan rakyat 1.961 ha, cagar alam 725 ha, suaka marga satwa 3.831,60 ha.

Perilaku masyarakat tidak berpengaruh terhadap banjir di Gresik, bahkan perilaku masyarakat yang ada di hulu yang erat kaitannya terhadap munculnya banjir.
Perilaku yang tak mendukung antara lain banyaknya penutupan lahan di bantaran sungai seperti permukiman. Adanya penutupan lahan tersebut berdampak pada tidak berfungsinya sumur resapan yang semestinya bisa untuk mengurangi dampak banjir.

�Di satu sisi, terjadi pendangkalan di hilir akibat lumpur yang terbawa dari hulu,� tambah Kepala Bidang Penanganan Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Gresik, Andiana.

Di Gresik sendiri, katanya, fungsi sumur resapan masih terbilang bagus, karena di sekitar sungai masih terdapat lahan hijau seperti persawahan. Hanya saja, air yang datang dari hulu melebihi kapasitas, sehingga sungai semakin mendangkal di Gresik.

Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Gresik, Achmad Effendy, yang selama ini bertugas menangani masalah lingkungan menilai, pemkab lamban dalam menyelesaikan pembebasan lahan warga di sekitar bantaran sungai.

Tentang pembuatan tanggul, ia menyatakan hal itu bukan solusi banjir, meski tanggul ditinggikan atau dibangun tidak menjamin banjir bisa dicegah.

�Saya lebih optimistis pengerukan dasar sungai yang harus dilakukan, menyusul endapan lumpur di dasar sungai semakin mengurangi kapasitas daya tampung sungai,� tegas dia.

Dilihat dari segi anggaran, pembangunan tanggul tidak mungkin hanya dibiayai APBD kabupaten. �Perlu bantuan pemerintah pusat dan propinsi,� imbuh dia.(dik,sa,an)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar