Senin, 03 Agustus 2009

Limbah SUngai Brantas Mengkhawatirkan

Senin, 3 Agustus 2009

GRESIK - SURYA- Tingginya tingkat pencemaran domestik di Kali Brantas, khususnya di Desa Cangkir dan Driyorejo, Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik semakin mengkhawatirkan. Direktur Ekesekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan-lahan Basah atau Ecoton, Prigi Arisandi Minggu (2/8) menyebutkan populasi penduduk di dua desa itu mencapai 10.000 jiwa dan menyumbangkan limbah cair dan limbah padat berupa sampah domestik setara dengan limbah industri.

Sementara itu berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur, limbah cair industri dan limbah cair domestik yang dibuang di Kali Brantas mencapai 150 ton per hari dengan komposisi 55 persen berasal dari limbah domestik dan 45 persen limbah industri. Penanganan limbah industri sekarang sedang digalakkan oleh BLH Jatim dengan Perum Jasa Tirta 1 Malang melalui patroli sungai.

Hingga kini sudah lebih dari 12 perusahaan yang sedang diberkas kasusnya oleh Polwiltabes Kota Surabaya, kata Kepala Bidang Komunikasi Lingkungan dan Peningkatan Peran serta masyarakat BLH Jatim, Putu Arthagiri, dalam pelatihan 30 kader pengolah sampah dari Kecamatan Driyorejo.

Putu menyatakan BLH Jatim sekarang sedang menggalakkan penanganan limbah domestik dan pengolahan sampah dengan melibatkan peran serta masyarakat. Salah satu bentuknya bekerja sama dengan Ecoton melatih 30 kader pengolah sampah untuk Desa Cangkir dan Desa Driyorejo sejak 30 Juli hingga 2 Agustus ini. Peserta dibekali ketrampilan dasar pengolahan sampah dengan metode composting (pengomposan), metode Pemilahan dan teknik daur ulang bahan-bahan bekas serta sosialisasi kebijakan pengelolaan sampah.

BLH Jatim akan mendukung dan memberikan konsultasi serta bantuan teknis kepada Desa Cangkir dan Driyorejo dengan melihat kesiapan masing-masing desa untuk melakukan pengolahan sampah. “Kami tidak ingin, bantuan teknis berupa instalasi pengolah limbah dan depo-depo kompos nantinya hanya akan menjadi monumen,” ujar Putu Arthagiri.

Panitia pelatihan, Andreas Agus Kristanto menyatakan melalui action learning (belajar dengan melaksanakan) pengolahan sampah dan limbah domestik di Desa cangkir dan Desa Driyorejo diharapkan dapat menjadi desa pelopor pengolahan sampah dan limbah domestik . “Selain itu bisa menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas,” Ujar Andreas.

Dalam kegiatan Action Learning, peserta mengidentifikasi masalah-masalah penanganan sampah dan limbah cair domestik. Dari hasil identifikasi diketahui ada tiga faktor penting yang menyebabkan tidak terkelolanya sampah dan limbah domestik sehingga menimbul kan pencemaran di Kali Brantas. Tiga faktor itu meliputi elemen pribadi, komunitas, dan pemerintah.

Faktor pribadi, orang masih tidak memiliki kepedulian pada masalah sampah, yang didasari oleh kurangnya informasi dan pendidikan tentang dampak sampah dan pengolahan sampah. Faktor komunitas, hilangnya gotong royong dalam masyarakat, tidak adanya mekanisme punishment (sanksi) dan reward (pengharagaan) terkait pengolahan sampah dan limbah cair. Selain itu informasi tentang keberhasilan (success story) pengelolaan sampah masih jarang. Faktor pemerintah, kurangnya sosialisasi tentang kebijakan pengolahan samp ah dan kurangnya perhatian pemerintah dalam penyadaran masyarakat.

Rendahnya kepedulian masyarakat pada pengolahan sampah selain disebabkan oleh rendahnya kesadaran hidup bersih. juga tidak adanya dorongan dan perhatian dari pemerintah Kabupaten Gresik terkait pengolahan sampah di Desa Driyorejo, ujar salah seorang peserta, Mulyono, Kepala Dusun Lopang Desa Driyorejo.

Peserta pelatihan kali ini juga menyusun program untuk diimplementasikan di kedua masing-masing selama setahun. Peserta mencetuskan Program Desi atau Desa Bersih Hijau lestari di Desa Cangkir dan Proyek Dadar Guling atau Desa Sadar dan Peduli Lingkungan d i Desa Driyorejo.

Kepala Dusun Gading Desa cangkir Slamet Karma Hadi menyatakan melalui Program Desi akan menggerakkan potensi desa yang terdiri dari tiga dusun untuk mewujudkan desa zero waste (bebas limbah). Sampah akan kami kelola melalui pendirian rumah kompos dengan bantuan alokasi dana desa, Ujar Slamet.

Sementara Kader Lingkungan Desa Driyorejo, Mutamainah menambahkan untuk mengurangi sumbangan pencemaran domestik ke Kali Brantas, Desa Driyorejo akan mengintesifkan program Sosialisasi kepada warga untuk memilah sampah dan program daur ulang. Saat ini sudah dibentuk kader Brantas Bebas Sampah di Dusun Lopang yang dimotori Karang Taruna. Proyek Dadar Guling akan dijadikan sebuah program kemitraan antara masyarakat Desa Driyorejo, perusahaan di Kawasan Driyorejo dan BLH Provinsi Jatim untuk menangani sampah dan pengolahan limbah cair domestik. kcm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar