Senin, 11 Juli 2011

Mengenali Jenis Buang-Buang Air


Buang-buang air tak selalu muntaber atau infeksi perut. Masuk angin, sakit maag, terlambat makan bisa juga menjadi penyebabnya. Bedanya, buang-buang air begini biasanya lebih enteng. Sehari tak lebih dari lima kali tanpa disertai mules, tinja tidak bau busuk, tak berlendir atau berbercak darah. Keluarnya tinja biasanya sekaligus banyak dan disertai semprotan angin. Badan tidak demam tanpa nyeri kepala atau ngilu sendi.

Buang-buang air karena diare, menurut Dr Handrawan Nadesul, biasanya lebih dari lima kali sehari. Tanda-tandanya mulas melilit, tinja berubah lembek atau hancur dan biasanya sedikit. Rasanya juga belum puas buang hajat, liang terasa panas dan pedih. Badan demam sampai panas tinggi, nyeri kepala, mual dan muntah. Mungkin ada pegal linu, selain tinja berbau busuk, berlendir atau berbercak darah.

Diare enteng disebabkan ketidakcocokan makanan pada kasus usus besar yang peka makanan. Bisa juga karena mengidap gangguan penyerapan lemak atau gula susu dan gejala kanker usus. Di sini tidak ada demam, tinjanya normal, tak berlendir atau berdarah, dan tanpa sakit kepala. Diare kolera bisa puluhan kali sehari dan kasusnya tergolong gawat darurat, sebab pasien bisa kehabisan cairan. Sedang diare disentri lebih enteng, tapi mulasnya hebat, dan tinjanya berlendir berdarah.

Makanan basi atau yang tercemar kuman dari air kotor (kuman E. coli), umumnya menimbulkan gejala muntah dan buang-buang air . Muncul demam, selain mungkin nyeri kepala dan ngilu sendi. Infeksi awal hepatitis tidak jelas. Mungkin cuma mual dan muntah, kadang disertai buang-buang air . Gejala yang nyata yaitu demam dan warna kuning pada kulit dan putih mata.

Cacingan kadang juga menimbulkan buang-buang air yang tidak jelas. Jika cacing gelang sudah berjubel di perut, sekali waktu akan keluar dari dubur sewaktu buang hajat. Bisa juga cacing nongol lewat mulut, panjangnya sepenggaris, berwarna putih merah muda. Ada gejala khas buang-buang air karena cacing. Misalnya cacing kremi membuat gatal malam hari di sekitar liang dubur. Cacing tambang bikin pucat pasi anemia berat.

Kenali gejala tipus (thypus abdominal atau typhoid fever) yang tergolong berat dan berbahaya. Gejala awalnya perlu dikenali sebelum terlambat diobati. Selain itu, tipus kasus infeksi perut yang banyak di sini. Diawali demam lebih dari seminggu. Mulanya seperti orang mau flu. Bedanya, demam tipus umumnya muncul sore dan malam hari. Tidak disertai gejala batuk pilek. Demamnya sukar turun walau minum obat dan disertai nyeri kepala hebat. Perut terasa tidak enak, dan tidak bisa buang air beberapa hari.

Pada paratipus - jenis tipus yang lebih ringan - mungkin sesekali mengalami buang-buang air . Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga membengkak.

Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.

Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).

Jika tes Widal negatif padahal pasien menunjukkan gejala tipus, tes perlu diulang sambil menunggu tes Gaal atau biakan kuman. Tanpa tes Widal diagnosis tipus tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan fisik dan melihat gejalanya semata. Penyakit tipus mudah disembuhkan. Jika tak mempan obat konvensional golongan chloramphenicol, kini sudah ada beberapa generasi obat baru.

Haruskah Rawat Inap? Jika kondisi pasien tidak berat, dan penyakitnya masih awal, yaitu sudah didiagnosis sebelum demam lebih dari 3 minggu, umumnya masih bisa dirawat di rumah. Namun mesti diawasi jika mendadak suhuturun, nadi meninggi, dan perut mulas melilit. Makanan tak selalu harus lunak, asal jangan jenis yang merangsang. Waspadai jika buang air ada darahnya, tanda awal usus jebol, dan demamnya muncul lagi, dan kondisi pasien cepat menurun setelah sebelumnya tampak menyembuh. Tipus bisa kambuh. Tandanya, demam yang sama muncul lagi setelah mereda. Kemungkinan kuman tipusnya tersasar ke kandung empedu. Tipus begini biasanya lebih sukar disembuhkan. Sebagian dari kasus tipus menjadi pembawa kuman tipus.

Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.

Kapan Diare Perlu Obat? Tidak semua diare perlu obat. Tubuhpun punya mekanisme melawan bibit penyakit atau bahan asing lain. Jika tubuh kuat, diare akan berhenti sendiri. Yang penting banyak minum,kalau ada campur oralit. Kalau tidak, bikin larutan garam-gula. Jangan makan dulu sampai diarenya berhenti. Pada anak diare, buat susunya lebih encer dari biasa. Diare sebetulnya mekanisme tubuh mengeluarkan bibit penyakit atau barang kotor lainnya. Maka tak perlu dihalangi dengan minum obat. Biarkan diare berlangsung selama tidak membahayakan. Obat penyetop diare baru diberikan jika kumannya ganas, jumlah kuman yang masuk melebihi kemampuan tubuh melawannya.

Di sini tubuh terancam kekurangan cairan (dehidrasi). Kelompok umur bayi, anak, dan usia lanjut, tergolong rentan dehidrasi. Maka, waspadai diare pada mereka. Diare yang disebabkan gangguan fungsi, seperti sehabis makan pedas atau masam, masuk angin, atau tak cocok makanan tertentu, perlu obat. Diare oleh bibit penyakit yang ditandai demam, mulas melilit, tinja berlendir berdarah, dan diare dari lima kali sehari, harus dilihat kasusnya.

Yang penting langsung diberi obat antibiotika untuk membunuh bibit penyakitnya. Diare yang tak sembuh dalam satu-dua hari setelah diobati, perlu ke dokter untuk minta antibiotika. Obat antidiare yang salah alamat dan diminum kelewat dini justru akan menahan bibit penyakit, sehingga kuman terus berbiak dan penyakit bertambah parah. Menyetop diare pada kasus yang tinjanya harus dikeluarkan juga berarti menutupi gejala, seolah penyakitnya sudah sembuh. Padahal tanpa antibiotika bibit penyakitnya malah tambah berbiak. Diare kolera jelas harus masuk rumahsakit untuk infus cairan.

Diare keracunan makanan, termasuk habis makan sea food yang diarenya biasanya hebat, juga memerlukan infus. Setiap muncul gejala diare perlu melacak, habis makan atau minum apa saja. Beberapa jam sehabis salah makan atau minum muncul gejala mual disertai diare, sebab masa tunas keracunan makanan memang tidak lama.

Mungkin baru makan makanan basi, ketoprak, rujak bebeg, atau makan kerang. Kerang bisa menjadi sumber penular tipus, selain racun dari laut lainnya, termasuk cemaran logam berat merkuri (Hg), dan sekarang cadmium ikut juga mencemari makanan. Jajan dan memilih makan siang di warung kaki lima tidak dilarang. Namun lebih baik memilih jajanan yang panas. Terlebih pada musim basah selama penghujan, lebih besar risiko cemaran air kotor yang sudah tercemar bibit penyakit. (Eduardus Karel Dewanto-Tempo News Room/Bahan: Tulisan Dr Handrawan Nadesul)/sb:http://www.tempo.co.id/kliniknet/artikel/2002/18032002-1.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar