Minggu, 16 Agustus 2009

Ribuan Petambak Udang Tradisional Terancam Rugi


Rabu, 12 Agustus 2009 / republika.co.id


GRESIK--Pendangkalan air tambak akibat musim kemarau tahun ini mengancam ratusan hektar lahan tambak udang tradisional diwilayah Kabupaten Gresik. Diperkirakan akibat menipisnya air produksi udang windu mengalami penurunan sekitar 43 persen dari 7.000 ton turun menjadi 4.000 ton per empat bulannya karena kadar garam (salinitas) perairan meningkat.

Menurut Ketua Himpunan Budidaya Ikan Gresik, Akhmad Dahlan, penurunan produksi dipicu banyaknya bibit udang yang mati karena kemarau panjang yang menimbulkan peningkatan kadar garam (salinitas) perairan. Diperkirakan akibat menipisnya air tambak ribuan petani tambak akan menelan kerugian yang cukup signifikan

"Ada ribuan petambak bakal menelan kerugian akibat pendangkalan tersebut. Idealnya salinitas air untuk budidaya udang berkisar 20 bagian per 1.000 (ppt), jika tingkat salinitas meninggi hingga di atas level 40 ppt, udang akan mengalami pertumbuhan lambat hingga menyebabkan kematian," katanya Rabu (12/10)

Kegagalan produksi udang juga diperparah dengan kondisi perairan yang tercemar. "Pencemaran yang terjadi akibat industri di Gresik ikut berperan memperparah kondisi tambak tradisional yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah," tandasnya

Untuk menghindari kerugian, saat ini petambak umumnya lebih beralih membudidayakan bandeng yang dianggap tahan dengan kondisi musim kemarau, sedangkan sebagian lainnya memilih mengeringkan tambak dan baru mulai mengisi air pada Bulan September, bulan berikutnya baru menebar bibit bandeng. "Bandeng baru bisa dipanen empat bulan berikutnya pada awal Bulan Januari 2010," katanya.

Pembenihan udang windu di Gresik sendiri per tahun bisa memproduksi 30 ribu ton windu dari 250 jumlah petambak windu di Gresik, dan 28 ribu hektare luas areal tambak. Sedangkan permintaan pasar udang windu mencapai 200 ribu ton pertahun yang dieksport ke Eropa dan Jepang. uki/ahi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar