Kamis, 23 April 2009

Hindari Pemimpin Pembawa Amarah


Wapres Jusuf Kalla

Hindari Pemimpin Pembawa Amarah

Jakarta, Sabtu 28/6/2008: Wakil Presiden Jusuf Kalla mengajak para tokoh pemimpin bangsa untuk menghindari kepemimpinan yang membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa pemarah terlebih dengan alasan agama.



Menurut Wapres, apabila kita sebagai pemimpin umat salah memberikan fatwa, memberikan dorongan, memberikan kepemimpinan, memberikan arahan, agama dapat dijadikan alasan untuk keras, radikal, merusak.



Wapres mengemukakan hal itu saat membuka Musyawarah Kubro nasional Jam’iyyah Alith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (sebuah organisasi di bawah NU) yang dihadiri 1000 peserta di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Sabtu (28/6/2008).



Wapres melihat dan menggelisahkan suasana di beberapa tempat akhir-akhir ini, dengan alasan agama kadang-kadang menjadi radikal, kadang-kadang saling memakai batu dan api yang sangat primitif, kadang-kadang menghukum orang dengan pikiran-pikiran duniawi.



"Kita resah dengan digunakannya kemarahan oleh hampir seluruh komponen bangsa. Mahasiswa ingin sesuatu, marah. Guru ingin sesuatu, ikutan marah. Buruh marah, kepala desa marah, murid marah," ungkapnya.



Menurut Jusuf Kalla, dengan falsafah kalbu, tentu ini dapat diredam. "Untuk mencegah kekerasan, perlu faham yang menyeimbangkan kalbu jiwa raga. Diperlukan suasana yang lebih damai untuk memajukan bangsa dan agama.


Wapres mednegaskan, untuk mewujudkan negara yang rakyatnya diperlakukan adil dan makmur, diperlukan kerja keras, kedamaian, keikhlasan, dan kecerdasan. ►ti

*** TokohIndonesia DotCom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar