Selasa, 28 Juli 2009
Waspadai Santri Berpotensi Jadi Muharib (Teroris)
Republika.co.id
Selasa, 28 Juli 2009 pukul 12:43:00
YOGYAKARTA--Tidak bisa menutup mata sebagian orang yang terlibat dalam terorisme itu alumni tertentu dan biasanya pesantren non salafiyah (modern). Karena itu bagi para pengasuh pondok pesantren untuk mewaspadai anak asuhnya yang punya potensi jadi muharib (pelaku teror).
Hal itu terungkap dalam pertemuan wartawan dengan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi DIY KRT Drs H. Ahmad Muhsin Kamaludiningrat dan Ketua Bidang Fatwa MUI Propinsi DIY H.Abdul Malik Madaniy, di kantor MUI Propinsi Yogyakarta, Selasa (28/7).
''Tapi saya yakin pesantren tidak mengajarkan perbuatan yang menjurus ke hal-hal yang negatif. Oknum alumni pesantren itu seringkali menyangka bahwa perbuatan mereka itu sebagai mujahid, padahal itu muharib,''kata Malik.
Sebetulnya, dia menambahkan, alumni pondok pesantren yang terlibat dalam kasus terorisme hanya segelintir orang. Tokoh terorisme seperti Dr Azhari itu tidak pernah di pesantren, dia justru dididik di sekolah sekuler.
Lebih lanjut Muhsin mengatakan terorisme itu perbuatan munkar. Karena itu masalah terorisme itu jangan dilibatkan umat Islam. Islam bukan agama teror melainkan agama perdamaian. Perbuatan teror yang dilakukan oleh terorisme itu bukan jihad.
''Siapa pun pelaku teror, apakah orang Islam atau non Islam, karena menimbulkan kerusakan, sasarannya orang tidak berdosa, hukum melakukan teror adalah haram,''kata Malik Madaniy. Sejak 5,5 tahun yang lalu MUI sudah mengeluarkan fatwa nomor 3 Tahun 2004 tentang terorisme.
Terorisme itu berbeda dengan jihad. Kalau terorisme sifatnya merusak dana anarkhis dengan tuuan unyuk menciptakan rasa takut/menghancurkan pihak lain. Sedangkan jihad sifatnya melakukan perbaikan, sekalipun dengan cara peperangan, sasaran musuhnya sudah jelas, tujuannya menegakkan agama Allah/membela hak-hak pihak yaang terzalimi.
''Saya khawatir yang melakukan tindakan teror yang disalahartikan sebagai jihad dengan mengatasnamakan Islam tidak tahu siapa top figurnya. Mereka hanya tahu di atas mereka hanya sampai 1-2 tingkatan yang kebetulan punya niat untuk jihad. Jangan-jangan top figur mereka ahen inteligen asing yang berkepentingan merusak Islam dari agama damai menjadi agama teror dan menciptakan Islam fobia," ungkap Malik. nri/taq
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar